Dorong kerajinan dan industri kreatif, BPVP Banda Aceh bersinergi dengan Dekranasda Aceh

Balai Pelatihan Vokasi dan Produktivitas (BPVP) Banda Aceh bersama Forum Komunikasi Lembaga Pelatihan dan Industri Daerah (FKLPID) Aceh penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU) dengan Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Aceh dan Galeri Pengantin Yenni Shalia, Untuk mendorong pengembangan sektor kerajinan dan industri kreatif di Aceh. Kerjasama ini dalam rangka penguatan kapasitas Sumber Daya Manusia (SDM) Aceh itu,  Senin (20/6/2022).

Ketua FKLPID Aceh, Muhammad Ihsan menjelaskan peran FKLPI yang merupakan sebuah forum yang menjembatani antara BPVP Banda Aceh dengan Industri, sebagai upaya link and match antara penyiapan tenaga kerja yang disesuaikan dengan kebutuhan dunia Industri. Beliau memapreasi terwujudnya sinergi yang tertuang dalam MoU kerjasama ini yang akan mendorong terciptanya UMKM-UMKM baru dalam industri kreatif ataupun kerajinan.

Kepala Balai Pelatihan Vokasi dan Produktivitas (BPVP) Banda Aceh Rahmad Faisal, mengatakan, pemerintah Indonesia saat ini juga sedang menggiatkan UMKM dan ekonomi kreatif yang dinilai memiliki potensi besar mendongkrak pertumbuhan ekonomi di Indonesia. “Potensi dari Aceh juga bisa diangkat dan kita berdayakan dengan potensi dan karakteristik daerah. Apalagi saat ini kerajinan dari Aceh yaitu bordiran kerawang sangan banyak peminat,” ujarnya. Dan juga

Ketua Dekranasda Aceh, Dyah Erti Idawati dalam kesempatan itu berharap, kegiatan kolaborasi ini mampu memberikan energi dan semangat baru dalam mendorong produktivitas perajin, khususnya pada pengemasan akhit produk, yang dinilai masih kurang memuaskan. “Dengan ini bisa meningkatkan life skill sehingga produktivitasnya lebih banyak dan berkualitas. Harapan kita dengan perjanjian meningkatkan kompetensi masyarakat ini, akan lebih optimal lagi dalam pengembangan potensi dan produktivitas kerja yang lebih baik,” kata Dyah.

Dyah yang juga Ketua TP PKK Aceh itu menuturkan, kerajinan Aceh memiliki keunikan dan kekhasan tersindiri, sehingga memiliki nilai ekonomi yang tinggi, hanya saja pada proses akhirnya terutama dalam kaitan kemasan produk, Dyah menilai masih monoton dan belum memiliki daya tarik yang mampu mendongkrak minat konsumen. Misalnya mulai dari segi pewarnaan hingga adaptasi fesyen modern yang sentuhannya masih kurang .

Oleh karena itu, Dyah berharap dengan peran kolaborasi yang sangat kuat antar semua pihak khususnya melalui pelatihan ini, akan memunculkan insan-insan kreatif Aceh dengan inovasi baru, untuk mendongkrak perekonomian pengrajin yang berbasis pada pengembangan warisan budaya. “Selama ini kita lihat pengrajin itu hanya mata pencaharian sampingan bukan utama, sehingga tidak optimal. Jadi dengan pelatihan ini akan memberikan dampak pada pengembangan kerajinan dengan sentuhan inovasi yang lebih modern dan langsung menyentuh nilai keekonomian,” pungkas Dyah.

Karena itu, dia berharap melalui kegiatan kolaboratif ini akan memberikan daya ungkit bagi pembangunan SDM Aceh yang lebih berkualitas serta perekonomian juga ikut tumbuh membaik.

 

@Humas Provinsi Aceh

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *